Dimana
ada Niat di situ ada jalan
Oleh
Siti Mahmudah
Nama
saya Siti Mahmudah. Saya biasa dipanggil
bu Siti oleh murid murid karena saya sebagai guru di sekolah dasar. Sedangkan
teman teman guru memanggil bu mahmudah. Kalau keluarga saya cukup memanggil
dengan panggilan “ Mud”. Sekarang saya tinggal di Kota Bontang Kalimantan Timur
sebagai seorang perantau. Saya lahir dan
besar di sebuah desa , Njenar Ngepung patianrowo Nganjuk Jawa Timur, satu
kecamatan dengan salah satu menteri kesayangan pada era Soeharto yaitu bapak
Harmoko dan saya ingat ketika pak Harmoko mengunjungi pesantrennya di desa
Ngepung beliau naik helikopter,sehingga saya dan teman teman berkejaran melihat helikopter
mendarat, maklumlah kami anak desa hanya sebuah helikopter itu sudah menjadi
hiburan bagi kami yang menyenangkan. Saya
lahir dari rahim ibu sholihah dan bapak yang bernama Isman.
Kedua
orangtua saya bekerja sebagai buruh
tani, iya, saya katakan buruh tani bukan petani, karena kami tidak mempunyai
lahan yang luas untuk Bertani, hanya bekerja di sawah atas perintah orang dan
mendapat bayaran dari kerja yang sudah dilakukan. Saya anak ke 4 dari 6
bersaudara, dengan jumlah perbandingan sama,3 perempuan dan 3 laki – laki.
Dengan jumlah anak setengah lusin dan bekerja sebagi buruh tani,hidup keluarga
kami pas pasan. Setiap pagi bapak bekerja ke sawah dan sore harinya mencari
rumput untuk binatang peliharaanya seperti sapi dan kambing. Ibu saya pun turut
andil untuk mencukupi kebutuhan keluarga kami dengan ikut kerja di sawah dan
pelihara ayam di rumah, di sela sela waktunya juga masih berkebun di sekitar
rumah untuk tambahan.Bekerja di sawahpun juga musim musiman, ketika musim
kemarau bekerja sebagai pembuat batu bata merah, mencetak batu bata,
mengeringkan dan baru membakarnya, proses yang dibutuhkan agak lama, jadi untuk
mendapatkan uang juga menunggu lama, maka setiap musim kemarau orang tua kami
tidak mampu membeli beras. Jadi kami sekeluarga makan nasi jagung untuk
bertahan hidup. Tapi semua itu saya dan keluarga lalui dengan bersyukur tanpa
mengeluh. Ibuku selalu mendahulukan kepentingan sekolah dibandingkan dengan
kebutuhan makan sehari – hari. Makanan
yang dimakan seadanya, yang pasti tiap hari sarapan. Menu andalan tiap pagi ,tempe sambal tomat dan kuluban
(dalam Bahasa jawa,sayur yang hanya
direbus), saya dan saudara lainya tidak pernah melewatkan sarapan, kata ibuku
dengan sarapan maka otak kita akan mendapatkan nutrisi sehingga menjadi pintar.
Alhamdulilah perkataan ibuku selalu terbukti dan benar.
Saya
lahir pada tahun1985 an saat itu desa kami belum masuk listrik, hiburan kami
anak anak waktu itu sudah ada TV hitam putih yang dinyalakan dengan menggunakan
tenaga aki, jadi pas seru serunya menonton, setrum aki habis, itu sering
terjadi, Itupun satu desa hanya ada satu televisi jadi kami beramai ramai
menontonya. Dan masih ingat serial tv yang disukai adalah mahabarata setiap
sabtu tayangnya.baru ada listrik sewaktu saya kelas dua sekitar tahun 1991.
Saya sekolah di sebuah Yayasan Islam yang ada di kampung, mulai dari RA Darul
mutaallimin atau Raudhotul Atfal. Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah
Darul mutaalimin. Karena letak sekolah dekat dengan rumah , saya cukup berjalan
kaki untuk berangkat dan pulangnya. Menginjak masa SMA saya sekolah di luar
kecamatan yang agak jauh dari rumah kurang lebih 7 KM dari rumah jadi saya naik
sepeda. Saya memilih sekolah di Madrasah Aliyah Miftahul ula di Nglawak
Kertosono, sebuah sekolah swasta di bawah naungan pondok pesantren Miftahul
‘ula karena sekolah ini biayanya murah di banding sekolah Negeri di sekitarnya
. dan saya pun ikut daftar sebagai anak Panti Asuhan di Yayasan ini, agar
orangtua saya tidak berat dalam membiayai sekolah saya.pagi sekolah kemudian
sorenya mengaji di Ponpes Darul mutaallimin Sugihwaras dekat rumah pulang
setelah sholat isyak.
Selepas
lulus Madrasah Aliyah, saya tidak mampu untuk melanjutkan ke Perguruan tinggi,
kemudian saya melanjutkan Mengaji di Ponpes Darul muta’allimin . Sebagian teman
telah dijodohkan oleh orang tuanya,maklumlah kami tinggal di desa, semakin
cepat menikah, semakin ringan beban orang tua. Tidak berbeda jauh dengan nasib
saya, meskipun saya sedang mondok dan belajar mengaji, banyak lamaran datang ke
rumah, mereka datang silih berganti dengan banyak penawaran jika nanti saya
bersedia menjadi istrinya, ada yang menawarkan banyak sapi dan sawah yang luas
sebagai jaminanya.tetapi jawaban saya hanya satu, saya tidak mau karena saya
masih ingin melanjutkan sekolah. Itu selalu saya ucapkan untuk menghentikan
setiap orang yang melamar saya. Padahal waktu itu saya tidak tahu kapan dan
dari mana uang yang saya dapatkan untuk kuliah.
setelah
beberapa bulan saya mondok, saya mendapatkan undangan untuk menemani adik kelas
untuk kegiatan kepramukaan, karena memang semasa Aliyah saya aktif sebagai
anggota OSIS dan Pramuka. Dari sinilah awal bertemu dengan guru guru Aliyah
yang menyanyangkan keputusan saya tidak kuliah, padahal saya adalah salah
seorang murid yang nilai NEM nya tertinggi,saya juara 2 waktu itu. Memang niat
saya akan kuliah tetapi saya harus bekerja dulu untuk biaya kuliah. Kemudian
berawal dari kejadian itu, saya mendapatkan pekerjaan di rumah guru Aliyah saya
“ ibu Asih” guru Bhs Indonesia, pekerjaanya menjahit tapi untuk seragam dasi, kebetulan
masa Aliyah saya ikut Ekskul menjahit jadi lumayan bisa. Setelah kerja menjahit
proyek habis saya pun bekerja di Wartel dan penyewaan Kaset bu Asih di Pasar
Kertosono, waktu itu tahun 2003 belum banyak handphone jadi Wartel masih ramai
ramainya. Akhirnya satu tahun bekerja, alhamdulilah saya dapat melanjutkan di
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul’ Ula pada tahun 2004. Pagi harinya bekerja
di Pasar, kemudian sore harinya kuliah di STAIM, dan malam harinya mengaji di
Ponpes Darul muta’allimin. Setelah satu semester kuliah, akhirnya saya dilamar
untuk mengajar dan menjadi guru di RA Darul mutaallimin yaitu sekolah saya dulu.tepatnya
tahun 2005. Sejak saat itu kegiatan saya pagi mengajar TK / RA dan sore harinya
kuliah. Saya hanya mengambil D2 jurusan PGMI/ SD . jadi waktu yang dibutuhkan
hanya 2 tahun. Semua biaya kuliah saya cari sendiri tanpa membebani kedua
orangtua saya. Karena semua kakak kakak saya juga tidak ada yang kuliah. Orang
tua saya hanya mampu menyekolahkan untuk setingkat SMA saja. Tetapi do’a dan
dukungan orang tualah saya bisa menjalani semua itu.
Lulus
kuliah desember tahun 2006 akhirnya saya merantau ke kaltim,ikut bulek saya,
tepatnya di kota Bontang, salah satu kota terkaya di Indonesia , penghasil
pupuk terbesar dan gas alamnya yang banyak di ekspor keberbagai negara.
Alhamdulilah awal 2007 saya diterima sebagai guru kontrak di TK Yayasan Pupuk
Kaltim, salah satu Yayasan terbaik di Kota Bontang. Banyak ilmu dan pengalaman
yang saya dapat dari sekolah bergengsi ini. Setelah 2 tahun di TK YPK saya
beralih bergabung dengan teman untuk mendirikan sekolah baru. RA miftahul huda
, hanya 1 semester saya jalani. Kemudian saya ikut mendaftar CPNS guru SD
dengan modal ijazah D2 PGMI/SD yang saya
punya dan Alhamdulilah diterima. Sampai sekarang saya menjadi guru SD dan melanjutkan kuliah S1 beasiswa propinsi
di Universitas Mulawarman Samarinda. Yang kemudian dari ijazah S1 mengantarkan
saya mengikuti PLPG pada tahun 2015. Dan Alhamdulilah saya juga sudah menikah
dengan orang bontang keturunan jawa bugis dan dikarunia 2 orang putera.yang
sekarang sudah kelas 1dan 3 MI. semoga kelak mereka lebih berhasil di banding
orang tuanya.
Banyak
hal yang masih ingin saya wujudkan dengan menjadi seorang guru,ingin
melanjutkan kuliah S2 dan menjadi guru professional.serta dapat menjadi seorang
penulis. Menjadi orang yang bermanfaat untuk semuanya.semoga ini awal dari
harapan saya.
Comments
Post a Comment